Rabu, 25 Agustus 2010

air mata ayah

Hari ini saya membuka email, hati saya terasa tersentak. Air mata mengalir tak kuasa untuk ditahan. Setiap baris kalimatnya saya baca. Kata-katanya menghunjam dihati bahkan mengoyak kelubuk yang paling dalam. Beliau menuturkan sebagai berikut.

'Mas Agus, putra saya meninggal dunia di usianya 2 tahun. tepat satu hari sebelum hari kelahirannya. Hari Ahad ketika saya libur, seharian kami bermain. Saya, istri dan anak bercanda seolah tiada mengerti apa yang akan terjadi. Badannya panas tiba-tiba, siang itu juga saya membawanya ke dokter. Tidak ada perkembangannya. Malamnya kembali saya membawanya ke Rumah Sakit dan anak saya yang sekecil itu harus diinfusnya dan mendapatkan oksigen. Sampai anak saya koma dan akhirnya tiada. Air mata saya tertumpah. Isak tangis tak bisa saya tahan. Saya memeluknya dan mencium wajahnya. Saya katakan pada, 'Sayang, ayah selalu mencintaimu. Kembalilah padaNya. Ayah ikhlaskan kamu..sayang.'

Dikalimat beliau selanjutnya ada kata-kata yang begitu indah namun terasa sebuah kepedihan dihati yang teramat dalam dan sebuah renungan bagi kita sebagai orang yang beriman, 'Saya yakin Mas Agus Syafii. musibah dengan meninggalnya anak saya ini adalah ladang peningkatan iman dan taqwa saya dan istri saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya selalu ingat hadist Nabi Muhammad yang sering Mas Agus kutip.

'Sungguh menakjubkan orang yang beriman karena segala urusannya adalah baik bagi dirinya. Dalam hal ini tidak akan terdapat melainkan orang yang mukmin. Apabila ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena hal itu baik untuknya. Dan apabila tertimpa musibah, ia bersabar karena hal itu baik juga untuknya. (HR. Muslim).

Alangkah istimewa beliau seorang ayah yang juga sebagai seorang mukmin mampu melewati semua penderitaan dan kepedihan dihatinya, disetiap tetesan air matanya adalah ladang peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah Air mata ayah. Subhanallah.

Wassalam,

Selasa, 17 Agustus 2010

Realitas

Ada orang kaya yang menulis surat wasiat bahwa hartanya yang jumlah 100 miliar akan diwariskan kepada Syaiful keponakannya. Satu-satunya kerabat beliau adalah keponakannya yang hidup miskin. Kepada pengacara berpesan agar menyampaikan wasiatnya jangan langsung sebab Syaiful memiliki penyakit jantung.

Beberapa tahun kemudian orang kaya ini meninggal dunia, Syaiful keponakannya juga turut hadir dalam pemakamannya. Pengacara nampak bingung bagaimana untuk menyampaikan wasiatnya kepada keponakannya. Akhirnya diputuskan meminta bantuan seorang kyai, guru Syaiful di pesantren. 'Pak Kyai, tolong sampaikan amanah almarhum dengan pelan-pelan karena bila Syaiful kaget bisa terkena serangan jantung.'

Pak Kyai itu menjawab, 'Tenang aja Pak Pengacara, saya punya kiat khusus untuk menyampaikan kepada Syaiful' Lalu Pak Kyai memanggil Syaiful, dengan gayanya berbicara penuh kewibawaan setelah diselingi obrolan ringan Pak Kyai membuka percakapannya. ' Begini Syaiful, ini seandainya, sekali lagi ini seandainya, kalo kamu mendapatkan rizki uang jumlahnya 100 miliar, kamu gunakan untuk apa uang itu?' tanya Pak Kyai.

Dengan khitmatnya Syaiful yang tidak berani menatap mata Sang Kyai, Syaiful menjawab, 'Bila saya mendapatkan uang 100 miliar, maka separuhnya saya akan berikan untuk Pak Kyai.' Mendengar jawaban Syaiful, Pak Kyai kaget sakit jantungnya kambuh dan akhirnya Pak Kyai meninggal dunia.

Begitulah realitas, berlimpah materi, mendapatkan harta banyak tanpa kerja keras adalah sesuatu yang menyenangkan, belum tentu berakibat baik. Demikian halnya bila kerja keras namun gaji tidak naik-naik adalah sesuatu yang menyedihkan, belum tentu sesuatu yang buruk, bisa jadi malah berakibat baik. Mendorong untuk berpikir kreatif bahkan membuatnya bertekad menjadi pengusaha sukses. Maka melihat realitas dengan menggunakan pikiran jernih dan senantiasa mensyukuri nikmat maka akan tumbuh kearifan di dalam diri kita yang menghasilkan keajaiban-keajaiban hidup yang tidak pernah kita duga.

----
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).

Kata 'Memaafkan' Seorang Ibu

Ada seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Dia bercerita bahwa dirinya pernah dibuat pusing menangani pasien yang sudah 40 hari koma pasca operasi, tak sadarkan diri. Semua bukunya dibuka kembali. Semua profesor diberbagai bidang penyakit diajaknya konsultasi. Namun tak juga ketemu jawabannya.

Sampai suatu ketika dia melihat seorang ibu tua menengok sang pasien. Tak selang lama beberapa hari pasiennya siuman dari koma, sadarkan diri dan tak lama kesehatannya berangsur pulih. Dokter tersebut keheranan, bagaimana mungkin dari tak sadarkan diri selama 40 hari bisa pulih kurang dari satu minggu hanya karena ditengok seorang ibu tua.

Dia beranikan diri bertanya pada istri pasien yang waktu itu menungguinya. Kata istrinya, ibu tua itu adalah ibu sang pasien. Sewaktu menengok itu ibunya berkata bahwa dirinya hari ini sudah memaafkan semua kesalahan anaknya. Setelah ibunya pergi, suaminya mulai sadarkan diri.

--
Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya (HR. Imam Nasa'i dan Thabrani).