Jumat, 09 Juli 2010

air mata sahabat

Dalam kitab 'Sifat ash-Shafwah Ibnu al-Jauzi menyebutkan Pada suatu hari Abdurrahman bin Auf duduk bersama kami dan dia sebaik-baiknya teman duduk dalam majelis. Pada saatnya dia pulang kami mengikutinya sampai ke rumahnya. Dia pergi mandi kemudian duduk bersama kami.

Lalu dihidangkan dihadapan kami sepiring roti besar dan daging. Melihat hidangan itu menangislah Abdurrahman bin Auf, air matanya menetes sampai membasahi bajunya. Beberapa kali menghapusnya namun air mata itu terus mengalir dengan derasnya. Tangisan itu terdengar tersedu-sedu seolah menyayat hati orang yang mendengarkannya.

Hati kami terasa gelisah dibuatnya dan kami pun bertanya padanya, 'Apa yang membuat engkau menangis seperti anak kecil Wahai Abdurrahman bin Auf?'

Kemudian dia menjawab dengan mata memerah dan air mata yang terus mengalir, 'Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam wafat, dirinya dan keluarga belum pernah sekalipun kenyang makan roti. Sementara kita? Padahal beliau adalah orang yang lebih dimuliakan oleh Allah daripada kita.' Itulah air mata sahabat, air mata kecintaan seorang sahabat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam.

Sudahkah kita menangis untuk Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam yang kita cintai?

Wassalam,

muhasabah

Kondisi perkembangan dewasa ini di Indonesia suhu politik yang kian memanas, ekonomi senantiasa pasang surut, fenomena alam seperti gempa, banjir, tanah longsor seolah kita tidak mampu menolaknya, belum lagi karena memang ada 'human error' dalam pengelolaan. Semua kejadian dalam keseharian sangat berpengaruh pada kemampuan kejiwaan yang terdiri, kognisi, afeksi dan konasi.

pada sisi kognisi kita dituntut mencari penyelesaian atau problem solving, pada sisi afeksi bagaimana kita mengelola emosi dan pada konasi dituntut bertindak yang nyata. Untuk itu perlu dicoba menggunakan pendekatan 'self help' untuk mengoptimalkan kemampuan jiwa kita. Maka disinilah menjadi penting peranan muhasabah.

Muhasabah menurut Ibnu al-Qayyim berarti berhenti sejenak, disaat kita memiliki lintasan keinginan melakukan sesuatu. Pemberhentian tersebut untuk menimbang dan berpikir, apakah pekerjaan tersebut berguna atau tidak. Sementara menurut Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa muhasabah disebut juga dengan 'self critism' atau 'self interrogation' merupakan agenda kegiatan yang dilakukan oleh seseorang setiap hari, setiap saat untuk menilai baik atau buruk, benar atau salah. Selain itu juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala kelimpahan karunia-Nya dan memohon ampun segala kesalahan.

Muhasabah ini menjadi sangat penting kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kita kepada Sang Khaliq sehingga muhasabah akan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari kita diantaranya.

1. Usaha untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional kita seperti sabar dan ikhlas.

2. Meningkatkan kemampuan evaluasi diri terhadap apa dan bagaimana hari ini untuk menyiapkan hari esok. Sa'id Hawwa (1998) mengutip firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam bukunya 'Tazkiyatun Nafs' tentang keuntungan muhasabah yaitu, 'Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. (QS. al-Hasyr:18).

3. Ibarat lampu, muhasabah adalah lampu yang menerangi dirinya sendiri dengan melalui mengingatkan dan menasehati diri sendiri, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, 'Sesungguhnya orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was, mereka ingat Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. al-A'raf : 201).

4. Membawa kedamaian dan ketenangan hidup.

5. Terhindar dari distress dan strain expressed.

Itulah muhasabah bagi kehidupan sehari-hari kita sangat berguna dan sangat bermanfaat sebagai salahsatu cara pemecahan masalah, kalau kita berikhtiar semua masalah akan bisa diselesaikan dengan baik. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, 'Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..'(QS. al-Baqarah: 286).


Wassalam,